Kamis, 12 Februari 2015



Film yang berasal dari Korea ini mengisahkan tentang sejarah perang saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara. Film yang dirilis pada tahun 2010 oleh Taewon Entertainment ini diangkat dari kisah nyata 71 orang tentara pelajar yang melawan ratusan tentara Korea Utara di depan sebuah sekolah menengah untuk para gadis di Pohang pada 25 Juni 1950 selama Perang Korea.
Film yang menyedot dana hingga 10,4 juta USD ini diperankan dengan apik oleh  Kwon Sang-Woo & TOP yang beradu akting di medan pertempuran yang menggelora. 71 tentara pelajar tersebut harus mempertahankan Pohang agar para tentara musuh tidak dapat masuk ke negara mereka lebih dalam, meskipun mereka kekurangan senjata, mereka tetap bersemangat dalam mempertahankan negara mereka.
Film menggambarkan betapa mengerikannya perang yang terjadi di Korea saat itu, para ibu harus merelakan anak anak mereka untuk menjadi relawan perang, para warga harus kehilangan tempat tinggal mereka. Selain menegangkan dan menguras air mata, film ini mengajarkan kita tentang persahabatan, perjuangan, dan juga nasionalisme, seperti yang dikatakan oleh pemimpin perang Korea selatan, Kang Suk-Dae, "siapapun kalian, tentara ataupun tentara pelajar, ini adalah negara kalian".

Rabu, 11 Februari 2015

Nah masih soal novel yang mengangkat kisah pewayangan, kali ini novel yang menceritakan keturunan keturunan para Pandawa. Novel yang digarap oleh Pitoyo Amrih ini berkisah tentang Wisanggeni anak Arjuna dengan Dewi Dresnala, Antareja dan Antasena anak Bima, Pancawala anak Yudistira, dan Abimanyu anak Arjuna.
Novel dengan judul " Wisanggeni Membakar Api" ini menceritakan dengan apik gejolak yang dialami anak anak pandawa. Wisanggeni yang tidak diinginkan kelahirannya oleh sang kakek karena dalam tubuhnya mengalir darah manusia dari bapaknya, Antarejo yang memiliki kesaktian begitu hebat tetapi tak pernah menjumpai bapaknya, Antasena yang harus mendampingi si bocah api, Wisanggeni, mencari jati dirinya, dan Abimanyu yang mencari jati diri bersama para punakawan.
Dalam novel ini kita dapat menemukan kisah bagaimana Wisanggeni dua kali membakar kayangan karena amukannya, Antarejo yang dapat membunuh seorang raja naga dengan hanya menggigitnya ketika ia baru berumur dua tahun, Antasena yang dapat menemukan istana para mahluk tak kasat mata di dunia bawah laut. Novel ini juga mengisahkan bagaimana Antasena memilih jalan kematian menjadi sebatang pohon jagung dihapan Kresna, Antareja yang memilih jalan kematian menjadi debu yang menyatu dengan angin di padang kurusetra di hadapan Kresna pula.

Suka novel?
Suka cerita wayang?
Mungkin lebih banyak yang suka novel dari pada wayang, karena novel lebih mudah dicerna dari pada wayang, dan mungkin karena novel lebih menarik dari pada wayang.
Eiits! Jangan salah! cerita wayang juga bisa menarik lho... bahkan juga seru! dan sekarang cerita wayang juga banyak yang dijadikan novel tanpa meninggalkan cerita cerita wayang itu sendiri.
Salah satu novel yang mengangkat cerita wayang adalah novel garapan Adrian Kresna yang berjudul "Drupadi". Novel ini mengangkat kisah Putri Drupadi dan para Pandawa. Kisah yang dimulai ketika Permadi (Arjuna) mengikuti sayembara, atas nama Pandawa, yang diadakan oleh Prabu Drupada atas permintaan putrinya, Drupadi, untuk mencari suami untuknya.
Novel ini juga mengisahkan kronologi tragis ketika para Kurawa dengan tipu muslihatnya mengelabuhi para Pandawa sehingga pandawa kehilangan harta, kerajaa, dan bahkan kebebasan mereka, Tak hanya itu, bahkan Drupadi harus mengalami pelecehan dihadapan para tamu pesta tanpa seorangpun yang mamapu menolongnya.
Ardian juga mengisahkan bagaimana sumpah mengerikan yang diucapakan Drupadi ketika kejadian itu terjadi, sumpah yang diucapkan dengan derai airmata dan kecamuk amarah, Drupadi tak akan menyanggul rambutnya sebelum ia mencuci rambutnya dengan darah salah satu kurawa yang melecehkannya.
Kisah Drupadi ini mudah untuk dipahami karena digambarkan secara jelas dan tak berbelit belit. alur ceritanya  pun padat, selain itu bahasa dalam novel ini begitu jelas dalam menggambarkan cerita yang terjadi sehingga suasana yang ada dalam cerita dapat dirasakan oleh pembaca. Jadi bagi kalian yang suka novel atau pun cerita wayang, novel ini akan jadi bacaan yang asik untuk kalian.
Kalau mau baca novelnya, boleh penjem ke aku kok.... He he he...

Itu yang paling aku sayang! bukan yang senyum, tapi yang satunya. Itu kambing kami, aku suka sekali kambing, tapi aku nggak suka daging kambing, mungkin aku suka kambing karena dari kecil udah punya kambing, bahkan bapakku pernah nyiumin aku ke kambing, jadi... jadilah aku suka kambing...
Setelah sekian kali membahas makanan faforit, sekarang aku mau ngenalin seseorang yang....
udah liat aja dulu fotonya!
Nahh... itu orangnya, itu kakakku, yang pakek krudung ungu, dia lebih tua dua tahun dariku, tapi lebih pendek sekitar 5cm dariku jadi orang orang sering kliru dan nggak bisa mbedain mana kakak mana adek, Yahh gak papalah, sebenernya bukannya pasrah, tapi udah nyerah saking seringnya kayak gitu.